Keistimewaan Bulan Muharram
Keistimewaan Bulan Muharram

https://images.app.goo.gl/dVQ4H4XhJuaVdELG6
Keistimewaan Bulan Muharram

Surabaya, 13 Agustus 2021. El-Falaky. Masa keemasan, sampai dengan kehancuran suatu umat islam terjadi pergerakan secara silih berganti. Dimulai dari satu generasi ke generasi yang lain, sampai dari suatu abad ke abad yang lainnya. Peristiwa-peristiwa itu terus bergulir dengan pasti, sesuai dengan sunnatullah. Dibalik semua peristiwa tersebut akan membawa secercah pelajaran yang amat sangat berharga bagi kita dan bagi generasi yang akan datang, untuk memilih mana yang baik yang harus di ikuti dan mana yang buruk yang harus dihindari kedepannya.
Kita juga pasti telah mengetahui bahwa bulan Muharram merupakan salah satu nama bulan yang digunakan dalam kalender Hijriyyah dan ternyata menarik juga untuk selalu dikaji ulang. Bulan Muharram atau bulan Sura sebagai suatu bulan yang mulia telah dijelaskan sendiri oleh Allah SWT dalam firman Allah SWT berikut “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu” (Q.S.9:36). Bahkan Imam al-Tabari berkata, “Bulan itu ada dua belas, empat di antaranya merupakan bulan haram (mulia), dimana orang-orang jahiliyah dahulu mengagungkan dan memuliakannya. Mereka mengharamkan peperangan pada bulan tersebut. Sampai seandainya ada seseorang bertemu dengan orang yang membunuh ayahnya maka dia tidak akan menyerangnya. Bulan yang empat itu adalah Rajab, dan tiga bulan berurutan, yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram. Dengan ini nyatalah kabar yang disabdakan oleh Rasulullah“.
Mendengar berbagai pemaparan itu ternyata bulan Muharram yang merupakan nama bagi bulan pertama dalam kalender Hijriyyah, disamping itu bulan Muharram mempunyai arti khusus bagi kaum Muslimin karena pada bulan tersebut terdapat berbagai peristiwa bersejarah, yaitu peristiwa yang paling sering di dengar sebagai hijrahnya Nabi dari Mekkah al-Mukarromah menuju Madinah al-Munawwaroh yang dijadikan sebagai dasar penetapan awal tahun dalam Islam. Ternyata selain itu ada peristiwa-peristiwa lain loh... Ternyata di Hari sepuluh Muharram atau hari Asyura memiliki beberapa peristiwa-peristiwa hari bersejarah. Beberapa riwayat yang menyebutkan, ternyata di baik bulan Muharram banyak peristiwa penting yang terjadi di hari itu pada masa yang lalu, di antaranya disebutkan sebagai berikut:
(1) Nabi Adam 'alaihissalam bertobat kepada Allah dari dosa-dosanya dan tobat tersebut diterima oleh-Nya.
(2) Berlabuhnya kapal Nabi Nuh di bukit Zuhdi dengan selamat, setelah dunia dilanda banjir yang menghanyutkan dan membinasakan.
(3) Selamatnya Nabi Ibrahim 'alaihissalam dari siksa Namrud, berupa api yang membakar.
(4) Nabi Yusuf 'alaihissalam dibebaskan dari penjara Mesir karena terkena fitnah.
(5) Nabi Yunus 'alaihissalam selamat, keluar dari perut ikan hiu.
(6) Nabi Ayyub 'alaihissalam disembuhkan Allah dari penyakitnya yang menjijikkan.
(7) Nabi Musa 'alaihissalam dan umatnya kaum Bani Israil selamat dari pengejaran Fir’aun di Laut Merah. Beliau dan umatnya yang berjumlah sekitar lima ratus ribu orang selamat memasuki gurun Sinai untuk kembali ke tanah leluhur mereka dan banyak lagi peristiwa lain yang terjadi pada hari sepuluh Muharram itu, yang menunjukkan sebagai hari yang bersejarah, dan penuh kenangan serta pelajaran yang berharga.
Hal yang dapat kamu lakukan di bulan Muharram sebagai amalan mulia.
Sayyidah Aisyah, istri Nabi shallallahu 'alaihi wassalam menyatakan bahwa hari Asyura adalah hari orang-orang Quraisy berpuasa di masa Jahiliyah, Rasulullah juga ikut mengerjakannya. Setelah Nabi berhijrah ke Madinah beliau terus mengerjakan puasa itu dan memerintahkan para sahabat agar berpuasa juga. Setelah diwajibkan puasa dalam bulan Ramadhan, Nabi s.a.w. menetapkan:
مَنْ شَاءَ أَنْ يَصُومَهُ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ شَاءَ أَنْ يَتْرُكَهُ فَلْيَتْرُكْهُ
“Barangsiapa yang menghendaki berpuasa Asyura puasalah dan siapa yang tidak suka boleh meninggalkannya." (HR. Bukhari, No: 1489; Muslim, No: 1987)
Lalu Ibnu Abbas sebagai seorang sahabat, saudara sepupu Nabi yang dikenal sangat ahli dalam tafsir al-Qur’an meriwayatkan bahwa saat Nabi berhijrah ke Madinah, beliau menjumpai orang-orang Yahudi di sana mengerjakan puasa Asyura. Nabi pum bertanya tentang alasan mereka berpuasa. Mereka menjawab:
هُوَ يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَأَغْرَقَ آلَ فِرْعَوْنَ فَصَامَ مُوسَى شُكْرًا لِلَّهِ فَقَالَ أَنَا أَوْلَى بِمُوسَى مِنْهُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
“Allah telah melepaskan Musa dan Umatnya pada hari itu dari (musuhnya) Fir’aun dan bala tentaranya, lalu Musa berpuasa pada hari itu, dalam rangka bersyukur kepada Allah”. Nabi bersabda : “Aku lebih berhak terhadap Musa dari mereka." Maka Nabi pun berpuasa pada hari itu dan menyuruh para sahabatnya agar berpuasa juga." (HR. Bukhari; No: 1865 & Muslim, No: 1910)
Ketika Ibnu ‘Abbas ditanya tentang puasa Asyura, jawabnya, “Saya tidak mengetahui bahwa Rasulullah puasa pada hari yang paling dicari keutamaannya selain hari ini (Asyura) dan bulan Ramadhan” (al-Bukhari No. 1902, Muslim No.1132). Puasa Asyura menghapus dosa setahun yang lalu, berdasarkan hadis berikut, “Rasulullah ditanya tentang puasa Asyura, jawab beliau, ”Puasa Asyura menghapus dosa setahun yang lalu” (Muslim No. 1162, Tirmidzi No. 752).
Dari Ibnu ‘Abbas, tatkala Rasulullah berpuasa Asyura dan memerintahkan untuk berpuasa, para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashara”, Maka beliau bersabda, ”Tahun depan insya Allah kita akan berpuasa hari ke-9". Ibnu Abbas berkata, “Tahun berikutnya belum datang Rasulullah keburu meninggal” (Muslim No. 1134). Imam Nawawi berkata, “Jumhur ulama salaf dan khalaf berpendapat bahwa hari Asyura adalah hari ke-10. Yang berpendapat demikian di antaranya adalah Sa’id bin Musayyib, al-Hasan al-Basri, Malik bin Anas, Ahmad bin Hambal, Ishaq bin Rahawayh, dan banyak lagi. Pendapat ini sesuai dengan (dzahir) teks hadis dan tuntutan lafadznya” (Syarah Shahih Muslim 9/205). Hanya saja, Rasulullah berniat untuk berpuasa hari ke-9 sebagai penyelisihan terhadap ahl al-kitab, setelah dikabarkan kepada beliau bahwa hari tersebut diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani. Oleh karena itu, Imam Nawawi berkata, “ Imam Syafi’i dan para sahabatnya, Ahmad, Ishaq, dan selainnya berpendapat; Disunnahkan untuk berpuasa hari ke-9 dan ke-10 karena Nabi berpuasa hari ke-10 serta berniat untuk puasa hari ke-9. Sebagian Ulama berkata, “Barangkali sebab puasa hari ke-9 bersama hari ke-10 adalah agar tidak menyerupai orang-orang Yahudi jika hanya berpuasa hari kesepuluh saja. Dan dalam hadis tersebut memang terdapat indikasi ke arah itu” (Syarah Shahih Muslim 9/205). Selain ada yang berpendapat seperti di atas, sebagian ulama berpendapat hendaknya berpuasa satu hari sebelum dan sesudahnya berdasarkan hadis. Rasulullah, ”Berpuasalah hari Asyura dan berbedalah dengan Kebudayaan Islam orang Yahudi, (dengan) berpuasalah 1 hari sebelumnya dan sesudahnya” (Ahmad No. 2155).
Disisi lain dalam hal pengamalan pada bulan Muharram atau Sura, seseorang diperbolehkan berpuasa maupun tidak karena hal ini bukanlah suatu hal yang bersifat wajib, berdasarkan hadis berikut ini. “Dahulu Rasulullah memerintahkan untuk berpuasa Asyura, tatkala puasa Ramadhan diwajibkan, maka bagi siapa yang ingin berpuasa puasalah, dan siapa yang tidak ingin, tidak usah berpuasa” (HR. al-Bukhari No. 2001). Tatkala Nabi hijrah ke Madinah, beliau mendapati orang-orang Yahudi berpuasa pada hari itu, lalu beliau bertanya kepada mereka, “Kenapa kalian berpuasa?” Mereka menjawab, “Sesungguhnya pada hari ini Allah Ta’ala telah menyelamatkan Musa dan kaumnya dan membinasakan Fir’aun beserta kaumnya. Dan Musa berpuasa pada harinya, maka kami pun berpuasa.” Kemudian beliau berkata, ”Kami lebih berhak atas Musa daripada kalian” (Bukhari no. 2004, Muslim no. 1130). Maka Nabi berpuasa pada hari itu dan memerintahkan umatnya untuk melakukan puasanya.
Refrensi sumber:
Nurdiani, Partin. “Bulan Sura dalam Perspektif Islam” Ibda’ : Jurnal Kebudayaan Islam. Vol. 11, No. 1. Januari - Juni 2013.
https://islam.nu.or.id/post/read/81580/beberapa-peristiwa-penting-para-nabi-pada-10-muharram
https://suaramuhammadiyah.id/2021/08/09/bulan-muharram-dan-amalan-amalannya/
Oleh:
Departemen Kominfo Himafasa 2021
Departemen Intelektual Himafasa 2021
Kerennn
BalasHapusTerima Kasih, Infonya bermanfaat👍🏻👍🏻
BalasHapusSemangat min 💪🏻💪🏻
Semangat Himafasa👍
BalasHapus